“ Amkar, lu udah selesai buat cerpen ?” Tanya seorang gadis berkerudung.
“ belum Rin, hehe” Jawab Amkar kepada gadis berkerudung yang bernama, Yurina.
Tiba tiba Seorang gadis lain datang menghampiri Amkar dan Yurina.
“ Lu udah ngumpulin cerpen Rin ?” Ucap gadis itu sambil meminum teh yang ia bawa.
“ Rani… lu lupa? Kan kita kemarin ngumpulin bareng…” Jawab Yurina kepada gadis itu yang ternyata bernama Rani.
“ Hehe iya…. Amkar lo udah ? “ Tanya Rani ke Amkar.
“ Belum selesai, Ran “ Jawab Amkar.
“ Kalo udah selesai nanti baca ya..” Ucap Rani.
Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, anak anak yang tadinya diluar kelas mulai berdesakan memasuki ruang kelas mereka masing masing, dan mulai duduk di tempat mereka sambil menunggu guru mata pelajaran.
Jam adalah jam pelajaran matematika dengan guru super killer yang bernama Pak Amir. Semua anak mengikuti pelajaran dengan baik, karena takut dimarahi dengan Pak Amir.
Pelajaran berlangsung selama 90 menit, setelah itu berganti ke pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan oleh Miss Elli, guru itu adalah guru yang ramah dan baikerta selalu memberikan motivasi kepada anak didiknya, oleh karena itu semua anak sangat menginginkan di ajar oleh Miss Elli.
Setelah pelajaran bahasa Inggris selesai waktunya istirahat.
Amkar terlihat buru buru memasuki kelas, namun siswa lain hanya berjalan pelan dan ada juga yang pergi untuk membeli makanan di kantin termasuk Rani dan Yurina. Ketika Rani dan Yurina sampai di kelas ternyata hanya ada Amkar yang sedang membaca cerpen.
“ Amkar, lo baca apa ?” Tanya Yurina.
“ Ini cerpen…” Jawab Amkar.
“ Loh, katanya belum selesai?” Tanya Rani.
“ Hehehe..” Jawab Amkar terkekeh.
Rani dan Yurina pun duduk di kursi mereka untuk memakan bekal. Karena rasa penasaran Rani yang tinggi ia pun ingin meminjam cerpen milik Amkar.
“ Amkar, pinjem dong cerpen lu, penasaran nih!” Pinta Rani.
“ Jangan ah jelek…” Jawab Amkar..
“ Ih, gapapa” Paksa Rani yang rasa penasarannya sudah sangat tinggi.
“ Yaudah nih.” Jawab Amkar sambil memberikan kertas cerpennya kepada Rani.
Rani pun membacanya bersama Yurina. Mereka berdua membacanya tanpa suara dan dengan serius. Cerpen yang dibuat Amkar bercerita tentang sebuah misteri yang semakin membuat Rani dan Yurina penasaran. Setelah selesai membaca cerpen milik Amkar, Rani mengembalikannya dan berkata
“ Segini lu bilang jelek ? Gimana bagusnya ? Ini keren tau, Kar !!” Puji Rani atas cerpen buatan Amkar. Amkar hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari Rani.
Yurina berdiri dari kursinya hendak membuang sampah, ia pun berjalan ke tempat samapah di depan kelas. Tiba-tiba Yurina mehilat sebuat kertas yang dibuang. Kertasnya masih kelihatan sangat bersih dan membuat Yurina ingin mengambilnya.
Yurina pun mengambil kertas itu,ternyata isinya adalah sebuah cerpen, ketika ia membaca isinya…. YA!! Itu adalah cerpen yang sama dengan kepunyaan Amkar. Yurina pun lansung menanyakan tentang kertas iru kepada Amkar.
“ Amkar !! Ini bukannya cerpen lu ?” Tanya Yurina.
“ Iya…” Jawab Amkar singkat.
“ Kok dibuang sih ?” Tanya Yurina sambil memperlihatkan kertas itu kepada Amkar yang sedang memakan bekal miliknya.
“ Iya udah nggak kepake.” Jawab Amkar.
“ Oh…” paham Yurina
Disaat itu juga Yurina merasa ada yang aneh dengan isi kertas itu. Semua tulisannya dicetak berwarna hijau dan digaris bawahi. “ Ini kayak cerita yang didownload gitu,,, Ah,, nggak mungkin” ucap Yurina dalam hati. Semenjak saat itu Yurina sangat penasaran dengan itu. Namun, ia tidak membicarakan itu kepada orang lain kerena ia takut dugaannya salah.
15 menit kemudian bel masuk istirahatpun berbunyi.
Ini adalah jam pelajaran Bu Yaya yaitu Pelajaran bahasa Indonesia. Materi pelajaran bahasa Indonesia kali ini adalah menceritakan kembali cerpen yang telah dibuat. Ketika Bu Yaya menawarkan siapa yang ingin menceritakan ceritanya duluan Rani dan Yurina mengangkat tangan bersamaan, namun yang diplih Bu Yaya untuk maju duluan adalah Yurina.
Yurina merasa sangat excited dan akhirnya ia pun mulai bercerita cerpen yang ia telah buat dan kumpulkan sebelumnya. Setelah Yurina selesai menceritakan kembali cerpennya, sekarang adalah giliran Rani, ketika sedang menceritakan ceritanya, Rani ternyata ia lupa jalan cerita dari cerita yang ia buat, akhirnya ia pun kembali duduk ke kursinya dan ia harus mengulang diwaktu yang lain.
“ Siapa yang mau maju selanjutnya ?” Tanya Bu Yaya.
“ AMKAR BU !!” Teriak Rani dan Yurina bersamaan. Amkar langsung mengelak dan tidak ingin langsung segera maju dengan alasan kalau dia belum menguasai cerpennya. Namun, Bu Yaya juga memintanya untuk maju, akhirnya Amkarpun maju dengan gugup.
Sebelum menceritakan kembali cerpennya, Bu Yaya sempat membaca sekilas cerpen milik Amkar. Bu Yayapun bertanya, “ Amkar, dapat insipirasi dari mana?”
Rani dan Yurinapun mendengar pertanyaan Bu Yaya yang diperuntukan untuk Amkar. Mereka berdua saling tukar pandang kebingungan setelah mendengar pertanyaan dari guru bahasa indonesianya, dengan jawaban Amkar yang tidak terdengar.
Seminggu memudian, Rani hendak mengerjakan PR IPA. Namun ia tidak mempunyai buku cetaknya, karena rumah Yurina berdekatan dengan rumahnya, iapun berjalan menuju rumah teman sebangkunya itu.
“Yurinaaa….” Panggil Rani ketika sampai di rumah Yurina. Yurina keluar dan bertanya, “Kenapa, Ran?”
“Gue pinjem buku IPA dong, Rin.” Kata Rani.
“Oke, sebentar ya.” Yurinapun mengambil buku IPAnya dari tas sekolah dan memberikannya kepada Rani yang sedang menunggu di luar rumahnya.
“Pinjem ya, Rin. Besok gue balikin” kata Rani sambil pamit.
“Eh, Ran!” panggil Yurina kepada Rani yang belum berjalan begitu jauh. Ranipun balik arah dan menghampiri Yurina yang memanggilnya. “Kenapa, Rin?”
“( Sambil menunjukkan handphonenya ) Lu masih inget sama judul cerpen ini ? “ Tanya Yurina kepada Rani.
“ Ini… Cerpennya Amkar bukan sih ?” Tanya Rina balik.
“ Iya. Coba lu liat tanggal postingnya. “ Pinta Yurina.
“ 23 Juni 2012. Ih udah lama banget. “ Jawab Rani terkejut.
“ Iya,, jadi selama ini yang kita puji itu bukan karya Amkar. Tapi karya orang lain, dan lu liatkan, ini postingan tahun 2012, sedangkan dia menceritakankembalinya baru minggu lalu, tahun 2014. Sumpah gua nggak abis fikir. “ Jelas Yurina panjang.
“ Berarti kita dibohongin dong, Bu Yaya ? temen temen ? “ Tanya Rani
“ Nah itu…” jawab Yurina singkat.
“ Terus kita harus ngapain ?” bingung Rani.
“Ya itu dia. Kalau kita laporin ke Bu Yaya, Amkar pasti marah sama kita. Tapi, kalau kita nggak laporin, sama kita ikut ngebohongi Bu Yaya dan yang lain.” Jelas Yurina lagi.
“Udahlah, besok aja kita pikirin. Udah sore nih” kata Rani mengakhiri pembicaraan.
Akhirnya Ranipun pamit pulang dengan pikiran yang membingungkannya.
Selama 6 bulan, perasaan bingung, gundah dan penasaran menjadi satu dipikiran mereka, Yurina dan Rani. Ketika acara perpisahan kelas, Yurina dan Rani sedang melihat pertunjukan permainan angklung, keduanya menghampiri Amkar yang sedang Alan, Andi, dan Arri yang juga sedang menyaksikan pertunjukan angklung.
“Amkar sini deh.” Panggil Yurina. Amkar langsung memisahkan diri dari Alan, Andi dan Arri untuk menghampiri Yurina dan Rani yang memanggilnya.
“Kenapa, Rin?” tanyanya sesampainya Amkar di dekat Yurina dan Rani.
Yurina mengeluarkan handphone dan menunjukan sesuatu kepada Amkar. “Ini cerita lu kan, Kar?” tanya Yurina ketika Amkar sedang melihat apa yang ditunjukannya.
Wajah Amkar berubah menjadi panik, “Lu dapet dari mana?”
“Gua nggak semudah itu percaya sama orang. Semenjak gua nemuin cerpen yang lu buang, gua jadi penasaran. Dari mulai tulisannya yang kaya copyan, ceritanya juga terlalu tinggi untuk seorang anak SMP.” Ungkap Yurina serius.
“Dan itu postingan udah lama. 3 tahun yang lalu. Sekarang aja udah 2015, sedangkan lu cerita 2014. Postingannyapun ada, tahun 2012.” Tambah Rani.
“Dan gua udah beberapa kali nyindir lu di sosmed. Tapi lu nggak nyadar-nyadar. Lu sadar nggak sih, lu udah ngebohongi kita semua. Bahkan Bu Yaya juga. Kalau Bu Yaya tau, pasti akan kecewa sama lu. Secara lu anak kebanggannya.” Ungkap Yurina lagi.
Amkar pun semakin merasa terpojok dan memikirkan suatu alasan. “Ya, gimana lagi. Waktu itu tuh, besok udah harus dikumpulin. Tapi gua sama sekali, nggak ada inspirasi. Dan kebetulan gua nemu cerita itu.” Kata Amkar menjelaskan dengan wajahnya yang panik.
“Waktu itu kita sempet berpikiran buat ngelaporin ke Bu Yaya, tapi kita nggak mau bikin lu kesel. Jadi selama ini kita jaga rahasia lu.” Ucap Rani.
“Yaudah gua minta maaf ya. Tapi tolong jangan sebarin. Makasih juga kalian nggak negbocorin ini. Gua nggak tau apa yang terjadi sama gua, kalau sampai ini bocor.” Kata Amkar menyesal.
Ketiganyapun sempat terdiam hening. Dan akhirnya kembali menyaksikan acara pertunjukan angklung.
Amanat : sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga. Jadi sedalam-dalamnya kita menyembunyikan rahasia, pasti akan terungkap juga.